wb_sunny

Breaking News

Abon Ikan Cakalang Tolitoli Rasa Enak Mantap Call/WA 0877-7536-5814 | Antar Jemput Galon Air Minum Sehat Segar Daerah Tondo WA 0895-3101-8571 | Kue Basah SARI RASA Terima Pesanan Kota Palu WA IG: @sarirasapalu | Bisnis Anda Ingin Dikenal Lebih Luas di Sulteng? Iklankan di Sini Sekarang! Hubungi Kita di media@medianetwork.my.id | 081288284898

Kolonel Inf H Rahman T Leho Khatib Idulfitri di Kampung Halamannya Tinggede Sigi

Kolonel Inf H Rahman T Leho Khatib Idulfitri di Kampung Halamannya Tinggede Sigi


SIGI -- Hari Senin, 31 Maret 2025, suasana khidmat menyelimuti Masjid Al Falaah di Desa Tinggede Selatan, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. Dalam momen khutbah Idul Fitri, Kolonel Inf H. Rahman Taleho, S.Ag., M.Si, seorang putra daerah kelahiran Biromaru, menyampaikan pesan mendalam kepada jemaah yang hadir. 

Acara ini turut dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten Sigi, Minhar Tjeho, S.Ag., MH, serta Ketua Takmir Masjid Al Falaah setempat. Dalam ceramahnya, sang Kolonel mengajak jamaah merenung tentang makna kemenangan sejati, yang tidak hanya dirayakan pada hari ini, tetapi juga dipertahankan selama sebelas bulan ke depan.

Idul Fitri, sebagaimana dipahami, adalah puncak kemenangan setelah sebulan penuh berjuang melawan hawa nafsu. Namun, Kolonel Rahman mengingatkan bahwa ada dimensi lain yang sering terlupakan: kemenangan itu bisa tercoreng jika kita termasuk dalam tiga golongan yang didoakan oleh Malaikat Jibril—dan diaminkan oleh Rasulullah SAW—agar ibadah mereka ditolak oleh Allah SWT. 

Tiga doa ini merupakan cermin untuk introspeksi diri. Siapa saja golongan tersebut, dan bagaimana kita bisa terhindar dari jebakan ini? Mari kita telaah satu per satu.

Pertama, Malaikat Jibril berdoa, “Ya Rabb, jangan Kau terima puasa dan ibadahnya anak yang durhaka kepada orang tuanya.” Pesan ini begitu tajam menyentuh nurani. Segala bentuk ibadah—puasa, salat, atau amal kebaikan lainnya—akan kehilangan maknanya jika kita mengabaikan ridha orang tua. 

Kolonel Rahman menegaskan bahwa langkah pertama di hari kemenangan ini adalah bersimpuh di hadapan ayah dan ibu, memohon maaf atas segala khilaf. “Jangan sibuk meminta maaf kepada teman melalui pesan singkat, sementara orang tua yang ada di dekat kita justru terlupakan,” ujarnya. 

Ridha Allah, sebagaimana diajarkan dalam agama, sejatinya berdampingan dengan ridha orang tua. Bagi mereka yang orang tuanya telah tiada, doa dan permohonan ampun untuk mereka menjadi wujud bakti yang tak pernah usai. Bukankah doa anak saleh adalah jembatan kebaikan bagi orang tua di alam sana?

Kedua, Jibril melanjutkan, “Ya Rabb, jangan Kau terima puasa dan ibadahnya istri yang durhaka kepada suaminya.” Doa ini menjadi pengingat khusus bagi para istri. 

Kolonel Rahman dengan nada bijaksana mengajak para istri untuk mengevaluasi sikap mereka: “Jangan sampai kita lebih ramah kepada tetangga ketimbang kepada suami sendiri.” Dalam kehidupan rumah tangga, kelembutan dan penghormatan kepada suami adalah kunci harmoni yang tak boleh diabaikan. 

Ia menyarankan agar momen Idul Fitri ini dimanfaatkan untuk meminta maaf kepada suami terlebih dahulu sebelum berbagi salam dengan orang lain. “Saya yakin, dengan kelembutan dan ketulusan, suami akan mudah membukakan pintu maaf,” tambahnya dengan keyakinan. 

Pesan ini bukan tentang subordinasi, melainkan tentang membangun hubungan yang saling menghormati dalam ikatan suci pernikahan.

Ketiga, doa terakhir Jibril berbunyi, “Ya Rabb, jangan Kau terima puasa dan ibadahnya muslim yang tidak mau memaafkan sesama saudaranya muslim.” Inilah panggilan untuk melepas dendam dan membuka hati. 

Kolonel Rahman menggarisbawahi bahwa pahala puasa, tarawih, tahajud, hingga bacaan Al-Qur’an bisa lenyap sia-sia hanya karena kita menyimpan kebencian terhadap saudara sesama muslim. 

Hari kemenangan ini, katanya, adalah waktu yang tepat untuk merajut kembali tali persaudaraan yang sempat terputus. “Jangan biarkan amarah menggerogoti keikhlasan ibadah kita,” tegasnya. 

Memafkan bukanlah tanda kelemahan, melainkan bukti kekuatan jiwa yang telah dimurnikan oleh Ramadan.

Ketiga doa ini, sebagaimana diaminkan oleh Rasulullah SAW, adalah pengingat bahwa ibadah tidak hanya tentang ritual lahiriah, tetapi juga tentang kebersihan hati dan hubungan dengan sesama. 

Kolonel Rahman mengakhiri khutbahnya dengan seruan: manfaatkan momen Idul Fitri untuk memperbaiki diri, memohon maaf kepada orang tua, suami atau istri, serta saudara seiman. 

Kemenangan sejati, menurutnya, bukan hanya tentang merayakan hari ini, tetapi tentang menjaga hati agar tetap suci hingga Ramadan berikutnya tiba. 

Dia mengajak mari kita jadikan refleksi ini sebagai langkah awal untuk menjadi insan yang lebih baik, yang ibadahnya diterima dan hidupnya diridhai Allah SWT.[]

DOKUMENTASI FOTO: 























Tags

Next
This is the most recent post.
Previous
Posting Lama